Pages

Minggu, 02 Februari 2014

Surat Untuk Mama



Salam Rindu.
Mama, ini putrimu. Putrimu yang dua puluh tahun lalu meringkuk di dalam rahimmu. Bayi mungil yang terlahir di dunia lewat ejan kuatmu. Yang kau hangatkan dalam dekap pelukmu, yang kau susui dengan kedua putingmu.

Mama, ini putrimu. Putri kecil yang kau tatih langkahnya hingga Ia mampu berjalan sendiri. Yang tak pernah lupa kau suapi saban hari. Putri kecil yang pernah kau seka peluh yang membanjir di jidatnya dan kau hapus air mata yang membasahi di kedua pipinya.

Mama, ini putrimu. Putri mungil yang selalu menjadi kebanggaanmu; yang di kelasnya tak pernah jauh-jauh dari peringkat satu; yang membuat namamu termahsyur di kalangan bapak ibu guru; yang senantiasa menjadi pemantik tangis keharuanmu.

Mama, ini putrimu. Putri kecil yang kini telah beranjak dewasa. Bayi mungil yang kini menjelma menjadi gadis jelita.

Mama, ini aku, putrimu. Dua pekan lalu sesosok lelaki datang padaku menyatakan cinta. Bibir gadis jelitamu ini  ingin mengucapkan kata iya, menganggukkan kepala sebagai tanda menerima. Namun apalah daya bila restu darimu tak turun jua?

Mama, mungkin lelaki itu hanya berbekal cinta. Ayah-bundanya telah tiada. Harta dan tahta Ia tak punya. Namun cukuplah keteguhan iman dan keluhuran budi menjadi sebaik-baik perbekalan yang Ia bawa.

Mama, mungkin Ia bukan lelaki kaya raya yang bisa menjamin aku hidup bergelimang harta. Bukan pula anak berayah-bunda yang menjanjikanku limpahan cinta dari mertua. Namun keteguhan imannya-lah yang insyaAllah akan membuatku senantiasa qonaah meski tak bergelimang harta. Perkenankanlah keluhuran budi yang Ia punya menjamin aku akan selalu dalam limpahan cinta.

Mama, mungkin Ia bukan lelaki yang selama ini kau cita-cita. Namun, bila yang tertulis di lahul mahfudz-ku adalah namanya, apalah daya manusia meski Ia bertahta Ibunda?  Dan apabila yang ada disana bukanlah namanya, pastilah Allah patrikan nama pria lain yang lebih baik budinya dan lebih teguh imannya.

Mama, ini aku putrimu. Satu pintaku, izinkanlah aku menerimanya. Biarkanlah Ia menjadi kekasih hatiku dan aku menjadi kekasih hatinya. Karena ridha Allah ada di ridha orang tua maka hanya dengan restu darimu lah bibir ini akan mengucap kata iya dan kepala ini akan mengangguk tanda menerima.


yang selalu merindukanmu,
putri kecil yang kau rawat dengan penuh rasa sayang
dan kau besarkan dengan semurni-murninya cinta