Pages

Jumat, 30 Desember 2011

pembelaan diri (?) (I)

cemooh kah? bahan bercanda kah? sesuatu yang lucu kah? mengundang tawa kah?
saya sama sekali tidak tahu dan tidak ingin tahu.

Saya memang orang asing yang tidak tahu apapun tentang hidup anda-anda sekalian. Tentang bagaimana anda semua menghabiskan detik demi detik di hidup bersama seseorang yang saya sayangi dalam satu ruangan bernama kelas.
Segala kekecewaan dan ke-tersinggung-an saya, belenggu yang bagaikan tembok besar yang menghalangi saya untuk sedikit mendekat kepada anda-anda sekalian, semuanya mungkin semacam paradigma yang saya ciptakan sendiri, dan kemudian tumbuh mejadi semacam premis yang saya imani kebenarannya, tidak peduli bagaimana paradigma tersebut tertafsir, benar atau salah di mata anda semua.
Bukan salah anda sekalian, mungkin semacam saya yang menggantungkan harapan terlalu tinggi. Berharap kalian memberikan secuil kepedulian terhadap hubungan ini, semacam dukungan moral agar orang yang saya sayangi, yang kalian sebut teman, untuk terus berada di jalurnya, untuk tetap bersama saya.

Saya, sungguh tidak bermaksud menyalahkan pihak manapun, karena sekali lagi tidak ada yang patut dipersalahkan. Jikapun ada, mungkin itu adalah diri saya sendiri, yang menumbuhkan paradigma versi saya sendiri, tanpa saya tahu bagaimana fakta dan realita yang sebenar-benarnya. Bukankah anda-anda sekalian yang lebih mengerti? Karena anda menyaksikan setiap detil yang terjadi. Sedangkan saya? Saya hanya perempuan biasa yang menggunakan naluri dan mata hati saya. Apakah naluri tersebut benar atau salah, apakah mata hati saya memandang dengan tepat atau sesat, saya sendiri pun sama sekali tidak tahu pasti.
Mungkin, sekali lagi mungkin anda sekalian memandang remeh semua yang saya kritisi. Mungkin anda-anda menganggap tulisan ini sebuah pembelaan diri dari seorang terdakwa. Pendapat yang sah-sah saja anda keluarkan. Meski sungguh, saya sama sekali tidak bermaksud membela diri atau semacamnya. Saya hanya ingin anda-anda mengerti bahwa semua yang selama ini anda tertawakan, anda sekalian jadikan bahan candaan, anda anggap remeh, anda tidak acuhkan, atau mungkin anda jadikan bahan cemoohan sungguh bukan sesuatu yang lucu di mata saya. Jika anda berfikir saya marah, harus saya tegaskan bahwa anda sekalian salah. Saya tidak marah sama sekali, mungkin lebih tepatnya tersinggung. Tersinggung dengan semua celotehan ringan yang mungkin tidak berarti apapun bagi anda sekalian. Dan melalui tulisan ini saya ingin anda-anda paham tentang apa yang benar-benar saya rasakan. Dan selanjutnya mencernanya dengan akal sehat serta kerendahan hati. :)

Minggu, 25 Desember 2011

See Lovingshare on Facebook

Dear readers,
I'd like to inform you that you are also able to keep in touch with lovingshare by your facebook acount.
You just need to open the link bellow
http://www.facebook.com/pages/LovingShare/234446013282739
then be the followers of that group.

I'll share lovingshare's recent update there. :)

Recomended Site

Hai :)
Kesibukan kelas 3 yang cukup menyita waktu. Otomatis saya jadi jarang nulis. Nah, untuk teman-teman yang sering ngintip Lovingshare tapi postingnya masih itu-itu aja saya bakal ngeshare beberapa alamat blog, tumblr, atau apapun itu yang recomended.

1. Mbak Rizkya's Tumblr


Nama panjang pemilik tumblr ini adalah Rizkya Ratri Winaswari ( the pict on left side is her) . Mbak Rizkya ini adalah kakak angkatan di SMAN 3 Yogyakarta. Sebenernya 3 tahun di atas saya, tapi berhubung pas SMA Mbak Rizkya ikutan student exchange selama 1 tahun ke Amerika jadilah sekolahnya mundur setahun dan jadi 2 tahun di atas saya. Saat ini Mbak Rizkya kuliah di UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) jurusan Hubungan Internasional. Dan sekarang dapet beasiswa buat exchange ke China selama kurang lebih satu tahun. Bikin envy deh pokoknya.

Tumblr yang satu ini didominasi share-share yang simple tapi ngena. Ditambah lagi kebanyakan cerita dari penulisnya bersetting di negeri China nun jauh disana. Menggelitik nan asyik. Selamat membaca :)

 
2. Audi's Blog

Blog-nya Audi, Carla Audina Galeshita. Audi ini adalah teman se-angkatan walaupun beda kelas. Sangat nyastra dan banyak kata-kata indah bertaburan, secara yang punya adalah redaksi PROGRESIF!, majalah sekolah SMA saya tercinta yang keren banget (bukan promosi, tapi beneran)

Mungkin si empunya juga sedang sibuk belajar kayak. saya, tapi kalo berminat belajar sastra, di arsip blog yang satu ini bakal ada banyak banget karya yang layak dicicipi.
  
3. Santi's Tumblr

Santi adalah ketua OSIS sekolah saya tahun lalu. Sekarang Santi ada di Amerika, ikut semacam student exchange yang sama kayak Mbak Rizkya. Tumblr-nya Santi lebih mirip kumpulan cerita-cerita unik yang sederhana dan sering kita temui sehari-hari, tapi dikupas dari sisi pandang yang berbeda. Berhubung the owner sedang di Amerika, jadi akhir-akhir ini postingnya using English. Pas banget buat yang pengen
blogwalking sekaligus belajar bahasa Inggris.

Santika Nindya Hapsari Wibowo's pict is on the left side.



Selain 3 Recomended-Site tadi di posting ini saya sekaligus promosi beberapa blog yang menunggu untuk dijamah.

Happy blogging :3

Sabtu, 17 Desember 2011

Jawab untuk Sebuah Tanya (I)

Bukan mauku tersakiti, untuk kemudian menangis karena luka. Satu yang kumaui dari itu semua adalah karenanya au lebih banyak menyingkap makna. Karenanya aku lebih banyak bertanya-tanya. Dan karenanya pula aku lebih dan lebiih banyak lagi mengerti.

Luka yang kalian gores sepenuhnya menyakiti. Aku menangis dengan kerasnya. Tidak terbendung.
Sakit itu pasti, kalian pun mengerti.
Tapi yang hanya aku sendiri yang tahu; aku malu.
Malu pada diriku.

Semua orang bilang; masa putih abu adalah yang terindah. Yang hanya sekali. Yang di dalamnya orang-orang belajar tentang ilmu bersahabat. Tertawa. Menangis. Rapuh. Berdiri. Bersama - sama dan saling bergandeng tangan. Aku tetap tidak mampu memahami. Buatku sama saja. Mereka yang di sekitar hanyalah topeng-topeng berkaki yang dapat semaunya berjalan kesana kemari. Sedikit tawa yang kadang kuanggap lelucon Tuhan untuk menghapuskan luka yang telah tinggi membumbung. Beberapa teman yang setia. Mungkin banyak orang baik disini yang belum aku temui, tapi yang kukenal baik, sebagian besar hanyalah topeng kepalsuan. Tak ada tawa yang membahana, lebih banyak senyuman haru; sisanya adalah perjuangan. Berjuang untuk tetap bernafas di kota pikuk yang di dalamnya hidup manusia - manusia tangguh.

Dimana, dimana tawa dan canda membahana yang mereka ceritakan?
Mana, mana yang mereka bilang persahabatan?

Aku semakin tak mengerti.

Kucoba Mencari Jawab

Mungkin, marah bukan diksi yang tepat untuk melukiskan aku setelah segala sikap yang beratasnamakan ke-badmmod-anmu. Kesal pun tidak sepenuhnya bisa mewakilinya. Aku hanya sedikit kecewa dan atas kekecewaanku itu kamu tidak perlu bertanggung jawab sama sekali. Bukan salahmu meski kamu menyakiti, karena setidaknya luka yang kau gores tidaklah terlalu dalam. Aku pun tak sudi dipersalahkan. Apakah salah mengharap engkau mau merangkulku dan menganggapku sahabat? Tak ada yang sepenuhnya salah, tak ada pula yang mutlak benar. Tidak ada yang kupandang pantas dipersalahkan.
Hanya mungkin aku terlalu berharap. Semacam menyusun puzzle di atas meja yang besar, dan engkau menendang meja itu. Tidak terlalu keras memang, tapi getaran yang ditmbulkannya meluluh-lantakkan puzzle yang aku ciptakan. Bukan maksudmu merusak puzzleku, sebagaimana bukan maksudmu mengahncurkan harapku.

Do A Best Friend Exist?

Do A Best Friend Exist?
Apakah sahabat sejati benar-benar ada?

-Prolog-
Seminggu ini Tuhan benar-benar menguji hamba-Nya yang mungil ini untuk mencari jawaban atas sebuah pertanyaan sederhana yang ia ciptakan sendiri, dan harus ia temukan sendiri jawabnya. Sebuah tanya yang lahir bukan karena ia tidak percaya tentang indahnya persahabatan. Sebuah tanya yang mungkin ada karena ia hanya sedang meragu tentang takdirnya sendiri, tentang sahanat sejatinya.
Sedari pertama Tuhan menakdirkan aku menjadi manusia yang menghirup hawa dunia fana, aku memang bukan seorang sahabat sejati. Bukan manusia yang menghabiskan detik demi detik hidupnya untuk tertawa bersama, berbagi cerita dengan orang-orang yang saling menganugerahi gelar sahabat satu sama lain. Bukan, bukan karena aku makhluk introvert yang lebih nyaman menghabiskan waktu seorang diri, membisu tanpa kata, berdiam tanpa canda. Hanya semacam belum merasa pantas untuk mengalungkan medali bertuliskan sahabat kepada mereka, yang selama ini lebih layak disebut teman. Ya, teman.
Barangkali ada baiknya memahami secuil beda antara sahabat dan teman. Sahabat akan sangat merasa bersalah ketika Ia menyakiti sahabatnya, untuk kemudian datang dengan sebuah permintaan maaf. Di lain pihak, seorang teman sangat berhak menyakiti. Menyakiti.
Kata-katamu di saat mood hatimu sedang tidak baik mungkin terdengar biasa, sangat biasa, kecuali bagi seseorang yang sudah beberapa minggu menuliskan namamu di sebuah ruang kecil di hatinya, dan bersiap mengukir nama-namamu sebagai sahabat. Mood mu yang adakalanya sangat tidak terkendali sekalipun, itu semua wajar. Sangat wajar bila itu bukan bagi mereka yang sangat berharap kamu akan menjadi salah satu bagian penting hidupnya dan mengisi relung harinya dengan gelak tawa.
Bicara semaumu, menggumam tanpa peduli perasaan seseorang yang dengan sangat lembut menyapamu, pergi dengan gusar, atau segala yang kamu perlihatkan di hadapanku atas nama badmood, semua itu mutlak hakmu sebagai manusia yang hidup, memiliki mulut untuk bicara-meski itu hal yang menyakiti-, memiliki kedua kaki untuk sekedar meninggalkan sosok di depanmu.
Serta merta aku pergi dan merapuh diri. Bila engkau berkenan menyelinap ke dalam hatiku saat itu juga, lihatlah namamu kububuhi tinta merah dengan tanda silang yang besar, sangat besar. Dan bila Tuhan mengizinkan, biarlah aku tarik lagi semua doaku yang tulus tentang mimpi-mimpi besarmu.